Sunday, May 26, 2013

Bertasbih dan Berdo'a dalam Rukuk

Disunnahkan bertasbih saat rukuk dengan membaca: "subhana rabbiyyal 'azhim". la membacanya dengan ganjil berdasarkan hadits, "Sesungguhnya Allah itu ganjil senang kepada yang ganjil". (HR. Muslim [4:2062]).
Dan disunnahkan membaca do'a lain, tetapi yang afdhal ialah yang disebutkan dalam hadits shahih berikut:
Ibnu Abbas RA berujar, "Rasulullah Saw bersabda:
"Ketahuilah, sesungguhnya aku dilarang membaca Al-Qur'an saat rukuk dan sujud, ketika rukuk, agungkanlah Rabbmu, dan saat sujud, ber­sungguh-sungguhlah dalam berdo'a, karena layak bagimu untuk dikabulkan". (HR. Syafi'i dalam Al-Musnad [1:95] dan Muslim [1:348])
Dari Uqbah bin Amir RA, tuturnya, "Ketika turun ayat: fasabbihbismirabbikal 'Azhim. Rasulullah Saw bertutur, "Jadikanlah ia dalam rukukmu". Dan sewaktu turun ayat: "sabbihisma rabbikal a'la", beliau berpesan, "Jadikanlah ia dalam sujudmu". (HR. Abu Dawud [1:230], Ibnu Hibban [5:225], dan lainnya, merupakan hadits shahih)
Dari Hudzaifah bin Yaman RA, ungkapnya: "Saya telah shalat bersama Rasulullah Saw. Ketika rukuk, beliau membaca: "subhana rabbiyal 'azhim", dan tatkala sujud, beliau membaca, "subhana rabbiyal a'la". (HR. Muslim [1:537 no.772], Ibnu Hibban [5:223], dan lainnya)
Dari Aisyah RA, la berkata: "Dalam rukuk dan sujudnya, Rasulullah Saw membaca:
"subbuhun quddusun rabbul mala'ikati war-ruh". (HR. Muslim [:353])
Dari Ali bin Abu Thalib RA menceritakan bahwa ketika rukuk Nabi Saw membaca:
"Allahumma raka'tu wa bika amantu wa laka aslamtu anta rabbi. Khasya'a sam'i wa bashari wa mukhkhi wa 'azhmi wa 'ashabi wa ma istaqallat bihi qadami lillahi rabbil 'alamin (Ya Allah, kepada-Mu aku rukuk, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku pasrah. Engkau Rabbku. Pendengaranku, pandanganku, otak dan tulangku, otot-otot dan setiap langkah kakiku telah tunduk kepada Allah Rabb semesta alam)". (HR. Syafi'i dalam Al- Musnad [1:83], Muslim [1:55], Ibnu Khuzaimah [1:306], Ibnu Hibban [5:228], dan lainnya)
Al-Hafizh An-Nawawi mengemukakan pandangannya, "Dianjurkan untuk bertasbih dalam rukuk, dan cukup walau hanya dengan mengucap: "subhanallah" atau "subhana rabbi". Yang sempurna minimal: "subhana rabbiyal 'azhim"l kali. Ini adalah batas minimal kesempurnaan bacaan.
Penulis berkata: Pendapat bahwa tidaklah cukup (tidaklah sah) jika kalimat ini dibaca kurang dari tiga kali merupakan pendapat tidak benar. Karena tidak shahihnva hadits yang menyebutkan, "Jika salah seorang dari kamu rukuk, maka hendaklah membaca, "subhana rabbiyal'azhim"tiga kali. Dengannya
sempurnalah rukuknya dan kalimat tersebut adalah batas minimal kesempurnaan bacaan rukuk". (HR. Syafi'i dalam Al-Umm [1:96], Abu Dawud [1:234], At-Tirmidzi [2:47] dan Ibnu Majah [1:288] dari hadits Abdullah bin Mas'ud RA).
Tetapi bersama hadits lain, ia dijadikan pegangan atas disunnahkannya bertasbih sebanyak tiga kali.
Dalam Kitab As-Sunan (2:47), Tirmidzi bertutur, "Ahli ilmu mengamalkan pendapat ini yaitu disunnahkan seseorang membaca tasbih dalam rukuk tidak kurang dari 3 kali. Telah diriwayatkan dari Abdullah bin Mubarak Ra, ia berujar, "Dianjurkan bagi imam agar membaca tasbih 5 kai agar makmum sempat membacanya 3 kali". Demikian juga pendapat lshaq bin Rahav\aih".
An-Nawawi dalam Syarah Al-Muhadzdzab [3:415] memaparkan, "Tasbih menurut bahasa maknanya /a/7z/T7( mensucikan). Al-Wahidi telah mengatakan bahwa para ahli tafsir dan ahli ma'ani telah berijmak bahwa makna "tasbih" ialah mensucikan Allah dan membebaskannya dari segala keburukan".
Penulis berkata: Salah satu kaidah Islam yang baku ialah orang yang shalat dalam sujud dan rukuknya, diperintah untuk beribadah kepada Allah Ta'ala dengan mengisbat (menetapkan) aqidah tanzih (pensucfan) dan pembebasan dari aqidah tesyM? (penyerupaan), serta meyakini apa yang disebutkan dalam ayat, "Tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya". Maka ia menafikan gambaran penyerupaan dari akal dan kalbunya.
Para ulama dahulu berkata, "Setiap yang terlintas di benakmu, Allah berbeda dengannya". Diambil dari serangkaian ayat berikut:
"Dan tak seorang pun yang setara dengan Dia". (QS. Al-lkhlash [112]: 4)
Maka wajib bagi setiap orang yang mentauhidkan Allah untuk mensucikan Allah dari penyerupaan dan penggambaran sosok Allah, juga mensucikan-Nya dari tempat dan waktu.16 la juga wajib meyakini bahwa Allah Tabarak wa Ta'ala tidak dapat dijangkau oleh akal makhluk dan ia harus pasrah kepada-Nya.
"Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (QS. An-Nahl [16]: 17)

"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia". (QS. Asy-Syura [42]: 11)



No comments:

Post a Comment